Follow Us

    Nampaknya kalimat “Banyak Anak Banyak Rezeki” akan semakin tersingkir seiring kemajuan zaman  karena adanya trend yang menyeruak belak...

  

Nampaknya kalimat “Banyak Anak Banyak Rezeki” akan semakin tersingkir seiring kemajuan zaman  karena adanya trend yang menyeruak belakangan ini yang dikenal dengan nama Childfree. Istilah ini muncul kembali pada akhir abad 20, walaupun pada abad pertengahan sekitar tahun 1500-an sudah cukup banyak wanita kota dan desa di barat laut Eropa yang mulai menunda pernikahan dan kehamilan hingga pertengahan usia 20, maka sebenarnya hal ini bukanlah suatu hal yang baru muncul. Istilah ini pun menjadi trendsetter di Indonesia kala seorang Influencer yang aktif di sosial media mengumumkan bahwa dirirnya dan pasangannya sepakat untuk Childfree, mendengar hal itu banyak pro dan kontra yang muncul, kemudian ramai orang membahas hal ini di Youtube, Instagram, Twitter dan juga portal website online lain di internet dengan satu tema yang sama yaitu pro kontra Childfree.


Sebelum lebih jauh kita mengulik apa itu Childfree ada baiknya kita mengetahui arti dari istilah tersebut dan bagaimana perkembangannya juga bagaimana Islam memandangnya.


Childfree diartikan sebagai keputusan seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki keturunan atau tidak memiliki anak. Baik itu anak kandung atau anak tiri, walaupun ada beberapa orang yang menganut Childfree lebih memilih untuk mengadopsi anak. Tentu hal seperti ini bertentangan dengan budaya yang sudah lama berkembang di Indonesia sebab yang kita ketahui bahwasannya ketika suatu pasangan berkomitmen untuk menikah yang menjadi salah tujuan utama nya yaitu untuk memiliki keturunan, maka di Indonesia istilah Childfree bisa dibilang baru dan tabu. Seseorang atau pasangan yang memilih Childfree itu dengan sadar menentukan pilihan nya untuk bebas dari anak, beberapa orang yang menganut Childfree beranggapan mempunyai anak adalah tanggung jawab yang besar dan beban bagi orang tua karena ketika akan memilih mempunyai anak, perlu pertimbangan yang matang baik dari segi ekonomi sampai kepada kesiapan mental. Sekali lagi pemikiran seperti ini bertolak belakang dengan budaya di Indonesia karena orang tua terdahulu menganggap bahwa anak adalah karunia dari Tuhan dan menjadi sumber kebahagiaan, tanpa anak di dalam sebuah keluarga  rasanya seperti ada yang kurang dan hampa.


Namun berkembangnya zaman dan mudahnya informasi membuat banyak sekali budaya baru yang datang ke Indonesia, ada budaya yang berhasil tersaring dan ada juga yang tak berhasil di saring. Childfree menjadi budaya baru yang datang ke Nusantara sekaligus menjadi tantangan bagi masyarakat khususnya di Indonesia, mengenai fenomena ini apakah masyarakat kita akan menerima secara mentah budaya baru tersebut atau menelisik lebih jauh untuk mendapat rasa yakin untuk menerapkannya? Kita akan lihat bagaimana perkembangan kedepannya.


Ada cukup banyak alasan mengapa orang-orang dizaman sekarang masif dalam memilih Childfree sebagai pilihan hidup dimulai dari faktor yang bersifat pribadi hingga faktor yang menyangkut lingkungan, maka ini membuat banyak pertanyaan muncul ke permukaan apa sebenarnya faktor-faktor tersebut?


 

Faktor Ekonomi

Faktor utama dan menjadi andalan orang untuk memilih Childfree adalah masalah ekonomi. Para penganut Childfree mengkahwatirkan bahwa mereka tidak akan mampu untuk memenuhi kebuttuhan sang anak karena dirasa sangat berat dan mereka pun melihat perkembangan ekonomi dari hari ke hari semakin mahal, hal ini pun ditakutkan berpengaruh pada kurangnya fasilitas yang bisa diberikan orang tua pada anak di masa yang akan datang. Itulah mengapa faktor ekonomi menjadi alasan kuat orang melakukan Childfree.


Faktor Pribadi

Dalam memilih keputusam yang diambil dari pribadi biasanya timbul karana adanya emosi di dalam batin seseorang, hal ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang dirasakan seseorang baik kondisi keluarga, lingkungan pertemanan, lingkungan pekerjaan dan lain-lain. Orang yang secara pribadi menolak kehadiran seorang anak biasnya belum merasa yakin bisa mendidik anak dengan baik.


Faktor Psikologis

Kondisi psikologis yang terjadi pada orang yang memilih Childfree biasanya ada rasa trauma, kecemasan hingga ketakutan yang pernah dialaminya sewaktu kecil sehingga hal tersebut berpengaruh pada pola suh yang ia berikan nantinya pada sang anak. Dan orang yang memiliki rasa trauma semenjak kecil di karenakan mendapat perlakuan kasar dari orang tua nya dulu maka beranjak dewasa mereka cenderung tidak mau memiliki anak karena takut ha itu akan terjadi lagi pada anaknya

.

Faktor Pekerjaan/ Fokus pada Karir

Faktor ini pun sering dijadikan alasan orang-orang untuk memilih Childfree dikarenakan sibuknya pekerjaan yang dilakoni oleh salah satu atau kedua pasangan tersebut yang akhirnya memunculkan rasa khawatir berlebeih apabila mereka tidak bisa membagi waktunya untuk sang anak terlebih lagi bila anak tersebut tidak cukup mendapat kasih sayang orang tuanya sebab itu bisa berpengaruh pada masa depan sang anak

.

Faktor Overpopulasi

Ada banyak orang yang menggaungkan overpopulasi sebagai pembenaran dalam memilih Childfree. Seperti yang kita ketahui penduduk bumi itu bertambah setiap harinya tetapi bumi nya tidak menjadi bertambah luas ini menjadi kekhawatiran sebagian orang karna ditakutkan berkurangnya pasokan kebutuhan untuk umat manusia apabila terus bertambah, maka beberapa orang berpendapat bahwa Childfree bisa menjadi alternatif untuk mengurangi peningkatan jumlah kelahiran di muka bumi.


Setelah melihat uraian diatas yang membahas mengenai faktor-faktor seseorang atau pasangan memilih untuk Childfree, kita pun perlu mengetahui apa dampak yang akan terjadi jikalau chlidfree ini diterapkan oleh banyak orang di dunia dan apakah hal ini akan berpengaruh besar pada masa yang akan datang ?

  

Dampak Positif

Sebelum kita membahas dampak negatif Childfree, lebih baik kita pun tahu apa yang menjadi dampak positif dari Childfree untuk masyarakat yaitu menghilangkan sikap egois orang tua akan penghilangan beban tanggung jawab anak yang seringkali ditemukan bahwa anak yang tidak memilih di lahirkan malah dibebani baik dari sisi tenaga, waktu dan uang ketika orang tua sudah menginjak masa senja serta anak yang pada hakikatnya tidak memilih dilahirkan ini juga dapat terhindar dari penyakit turunan serta kehidupan dari segi finansial yang kurang mumpuni dikemudian hari

Anda bisa lebih fokus pada diri sendiri dan pasangan untuk mengejar karir atau menata target hidup.

 Anda tidak merasa terbebani dalam berbagai aspek seperti finansial dan sosial.


 

Dampak Negatif

      Akan ada banyak orang yang tidak setuju atas pilihan Childfree, di mulai dari orang sekitar hingga pada sanak keluarga

   

    Seiring bertambahnya usia perasaan kesepian akan semakin berkembang dan pasutri tidak memiliki orang yang bisa diandalkan untuk merawat ketika sudah tua

       

      Menurut sebuah penelitian perempuan yang tidak mempunyai anak memilik risiko yang lebih buruk di kemudian hari dan juga akan meningkatkan risiko kematian dini. Tak hanya itu keputusan tidak memliki anak juga anak meningkatkan risiko terkena kanker payudara, sebab ketika seorang wanita hamil dan menyusui akan terjadi perubahan hormonal pada tubuh sehingga hal tersebutlah yang membuat wanita terlindung dari risiko kanker payudara


     Resesi seks, bagi yang belum mengetahui resesi seks adalah fenomena keengganan pasangan untuk memiliki keturunan sehingga angka kelahiran berkurang. Childfree bisa menjadi faktor terbesar adanya resesi seks di satu negara, dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada permasalahan sosial tapi sudah sampai permasalahan ekonomi untuk negara. Adanya ketidakseimbangan populasi dimana tidak adanya regenerasi usia produktif dan meningkatnya usia tidak produktif mengakibatkan permasalahan ekonomi, sosial dan ketenagakerjaan pada masa yang akan datang.

 


Begitu beragam dampak-dampak yang akan terjadi apabila Childfree ini diterapkan dalam suatu keluarga di masyarakat, tapi uraian diatas masih bersifat umum maka kita sebagai seorang muslim perlu mengetahui bagaimana sih Islam secara spesifik memandang fenomena Childfree ini.

Di dalam Islam ketika pasangan suami istri menjalin ikatan pernikahan biasanya yang diharapkan itu adalah seorang anak yang akan menjadi pelengkap dalam rumah tangga. Anjuran memiliki keturunan yang baik sudah di tetapkan oleh Allah dalam QS An- Nahl : 72 yang berbunyi 

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ أَفَبِٱلْبَٰطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ ٱللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

 

Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (QS. An-Nahl : 72)


Tak hanya dalam surah di Al Quran saja, Rasulullah pun menganjurkan kita sebagai umat muslim untuk memperbanyak keturunan yang baik dan berkualitas seperti pada hadis berikut:

زَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ اْلأَنْبِيَاءَ يَومَ الْقِيَامَةِ

“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad).


Tanpa perlu diragukan lagi anjuran memiliki anak dalam Islam sangatlah mulia karena anjuran tersebut dituliskan dalam 2 sumber hukum Islam yang menjadi pedoman kita sebagai umat muslim. Imam Al Ghazali mempunyai pendapat :


“Upaya untuk memiliki keturunan menjadi sebuah ibadah dari empat sisi. Keempat sisi tersebut menjadi alasan pokok dianjurkannya menikah ketika seseorang aman dari gangguan syahwat sehingga tidak ada seseorang yang senang bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak menikah. Pertama, mencari ridha Allah dengan menghasilkan keturunan. Kedua, mencari cinta Nabi saw dengan memperbanyak keturunanan yang dibanggakan. Ketiga, berharap berkah dari doa anak saleh setelah dirinya meninggal. Keempat, mengharap syafaat sebab meninggalnya anak kecil yang mendahuluinya.”


Dari pendapat dari Imam Al Ghazali kita bisa melihat bahwasannya ketika kita meniatkan diri untuk mendapat keturunan dengan  niat yang baik maka sebenarnya kita tidak mendapat kerugian sedikitpun, tetapi sebagian orang yang menganut Childfree berpendapat bahwa anak itu bukan lagi kebahagiaan melainkan sebuah beban dan menghabiskan banyak biaya yang kemudian memunculkan sikap pesimis seperti takut miskin, takut tak bahagia, takut menua dan lainnya padahal Allah sudah menjamin rezeki dari maisng-masing kita dan itu tertulis jelas pada QS An Nur : 32


وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

 


Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.


Tetapi apabila sudah berupaya dan berniat untuk memiliki keturunan namun tidak diberikan juga maka itu sudah menjadi kehendak dari Allah SWT dan janganlah berkecil hati sebab apa yang dikendaki Allah akan selalu baik untuk diri kita.


Walaupun di dalam Islam tidak ada Nash yang secara eksplisit membicarakan Childfree itu dilarang  tapi isu ini masuk ke ranah fiqih. Oleh sebab itu, wajib ada istinbath. Al-Qur’an dan Hadis adalah alat utama istinbath. Jadi sebagaimana dikatakan oleh Prof. As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki bahwa tidak adanya teks dalam al-Quran dan hadis bukan merupakan atau belum tentu dalil yang bisa dipakai (As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Manhajus Salaf fi Fahmin an-Nushus, 418).


Jadi di dalam Islam jika niat yang ada hanyalah untuk menunda kehamilan bukan secara sadar menolak mempunyai anak maka diperbolehkan dan pada saat penundaan tersebut pasangan suami istri bisa mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan mental dan fisik sembari menunggu lahirnya seorang anak sebab sebagai seorang muslim muslimah jangan sampai kita termasuk kedalam orang yang meninggalkan keutamaan yang di anjurkan oleh Allah dan Rasulnya.

  

Oleh : Mohamad Hanif 


Referensi

Haganta, K., Arrasy, F., & Masruroh, S. A. (2022). Manusia, Terlalu (Banyak) Manusia: Kontroversi Childfree Di Tengah Alasan Agama, Sains, Dan Krisis Ekologi. Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains4(1), 309-320.

Siswanto, A. W., & Nurhasanah, N. (2022, August). Analisis Fenomena Childfree di Indonesia. In Bandung Conference Series: Islamic Family Law (Vol. 2, No. 2, pp. 64-70).

Nuroh, S., & Sulhan, M. (2022). Fenomena Childfree Pada Generasi Milenial Ditinjau Dari Perspektif Islam. An-Nawa: Jurnal Studi Islam4(2), 136-146.

Internet

https://www.google.com/amp/s/m.jpnn.com/amp/news/childfree-resesi-seks

https://www.klikdokter.com/psikologi/psikologi-keluarga/plus-minus-saat-pasutri-tidak-mau-punya-anak

https://bisnismuda.id/read/4224-yusuf-ridhwan/dampak-perihal-penerapan-konsep-childfree

https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/best-seller/istilah-childfree/amp/

https://www.halodoc.com/artikel/indonesia-berpotensi-alami-resesi-seks-ini-penyebabnya

https://www.klikdokter.com/psikologi/relationship/alasan-seseorang-memilih-tidak-punya-anak-atau-childfree

https://m.kumparan.com/salmanfrs087/tren-childfree-dalam-perspektif-islam-1wN30sDs6V1/full

https://insists.id/childfree-dalam-pandangan-syara/