Follow Us

  Banyak kita jumpai nasihat-nasihat indah yang dinukil dari perkataan Ibnul Jauzi. Mulai dari nasihat pendidikan, tazkiyatun-nafs (penyuci...

Ibnul Jauzi Ulama Cerdas dari Baghdad

 



Banyak kita jumpai nasihat-nasihat indah yang dinukil dari perkataan Ibnul Jauzi. Mulai dari nasihat pendidikan, tazkiyatun-nafs (penyucian jiwa), taqwa, dan beragam nasihat lainnya. Namun tak lengkap rasanya jika hanya mengetahui berbagai nasihat beliau tanpa mengenal sosoknya. So, yuk kita mengenal sosok Ibnul Jauzi, penasihat ulung ini!


Riwayat Hidup dan Keluarga Ibnul Jauzi

Ibnul Jauzi memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ja’far al-Jauzi. Beliau mendapat gelar Abu al-Faraj, dan al-Mubarak sejak masih kecil. Pada masanya, Ibnul Jauzi tersohor sebagai ahli fiqih, ahli tafsir, ahli sastra, al-Hafizh (orang yang hafal 100.000 hadits beserta sanad dan hukum matannya), penasihat, dan tokoh penyebar madzhab Hanbali.


Banyak ahli sejarah yang berbeda pendapat mengenai tahun kelahiran Ibnul Jauzi secara tepat. Namun begitu, beliau lahir di Baghdad pada periode dominasi Seljuk terhadap Dinasti Abbasiyyah di bawah kepemimpinan khalifah Al-Mustazhir Billah (487-512 H/ 1094-1118 M). Masa itu politik dan pertahanan sedang kacau balau, meskipun termasuk masa keemasan Islam dalam bidang keilmuan.


Jika ditelusuri silsilah keluarganya, nasab Ibnul Jauzi tersambung pada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., sahabat sekaligus mertua Nabi Muhammad saw. Ayah Ibnul Jauzi yang menceritakannya demikian, “Ketahuilah anakku, kita ini sebenarnya berasal dari keturunan Abu Bakar ash-Shiddiq, tetapi kemudian para pendahulu kita sibuk dengan perniagaan dan jual beli.”


Menjadi yatim sejak dini, al-Jauzi kecil berada di bawah pengasuhan bibinya. Hingga ketika mencapai usia tamyiz, Ibnul Jauzi dibawa oleh sang bibi agar belajar pada Syaikh Abul Fadhl Muhammad bin Nashir, seorang ahli hadits, fiqih, sekaligus bahasa. Dalam sumber lain, bahkan Syaikh Abul Fadhl ini masih punya darah kekerabatan dengan Ibnul Jauzi.


Ibnul Jauzi pernah berkata tentang dirinya, “Sesungguhnya sebagian besar anugerah nikmat yang ada pada diriku bukan karena usahaku, melainkan hanyalah karunia Dzat Yang Maha Lembut atas diriku.


Sering muncul tanggapan para guru Ibnul Jauzi yang menyebut bahwa al-Jauzi ini memiliki cita-cita yang sangat tinggi, haus akan ilmu, dan pribadi yang zuhud daripada anak sebayanya. Ibnul Jauzi sendiri mengiyakan hal tersebut. 


Beliau tak suka sulap, tidak pernah bermain-main di jalanan ataupun sungai Tigris seperti anak sebayanya yang lain. Beliau lebih suka memperdalam ilmu dan mengikuti kajian hadits. Bahkan ketika makan roti saja, tiap kali menyuap beliau mengiringnya dengan tegukan air. Saking tidak ingin membuang waktu demi belajar. Hingga kabarnya, harta warisan beliau habiskan untuk menuntut ilmu.


Pada usianya yang masih belia tepatnya pada tahun 527 H, Ibnul Jauzi mengisi majelis taklim di masjid jami’ Al-Manshur, melanjutkan gurunya, Abu Hasan bin az-Zaghuni (Ibnu Zaghuni) yang wafat.


Kebiasaan beliau yang memperdengarkan hafalannya pada guru ataupun teman-teman yang lainnya sejak kecil, maka tak heran beliau dapat dipercaya untuk melanjutkan majelis gurunya saat masih belasan tahun.


Karya-Karya Ibnul Jauzi


Sejak usia 13 tahun, Ibnul Jauzi sudah menulis kitab yang bermuatan nasihat. Selanjutnya, dia mulai menulis berbagai bidang ilmu sebagai hasil dari perjalanan menuntut ilmu semasa hidup beliau.

Dalam kitab Daf’u Syibahu at-Tasybih, Ibnul Jauzi mengatakan jumlah karyanya mencapai 250 buah karya, di antaranya:

  • Bidang Tafsir: Al-Mughni, Zad al-Masir, Tadzkirah al-Arib, dll.

  • Bidang Hadits: Jami’ al-Masanid, Al-Hadaiq, Naqy an-Naql, dan beberapa kitab tentang jarh dan ta’dil.

  • Bidang Fiqih: Al-Inshaf fi Masail al-Khilaf, Jannah an-Nazhar, Jannah al-Fithr, ‘Umdah ad-Dalail fi Masyhur al-Masail, Al-Bazi al-Asyhab al-Munqidh ‘ala Mukhalifi al-Madzhab, dll.

  • Ilmu Cabang: Al-Madzhab fi al-Madzhab, Masbuk adz-Dzahab, Al-Bughah.

Dan masih banyak lagi karya-karyanya dalam bidang ushuluddin, sejarah, manaqib (sejarah keutamaan orang-orang allim), juga syair-syair indah.


Bahkan diberitakan dalam Adz-Dzail karya Ibnu Rajab, Ibnul Jauzi menyebutkan dalam syairnya ketika dia dipenjara akibat fitnah yang menimpanya sebelum wafat, bahwa buah karyanya mencapai 340 lebih tulisan, dengan di antaranya 20 jilid dan ada beberapa yang hanya satu jilid.


Itulah biografi singkat Ibnul Jauzi, ulama cerdas dari Baghdad yang sedari kecil gemar memperdalam dan mengikuti banyak kajian ilmu. Kemampuan mengelola ilmu yang telah didapat justru yang sepatutnya kita teladani.


Dari mulai seringnya menghafal, memperdengarkan hafalan, hingga menuliskannya dan membuahkan karya-karya hebat yang sampai sekarang dijadikan rujukan dalam berbagai disiplin keilmuan. Semoga kita dapat sama sama meneladani beliau.


Wal-’Llahu Ta`ala A’lam



Referensi:

  • Adz-Dzail ‘ala Thabaqat al-Hanabilah karya Ibnu Rajab

  • Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar, edisi terjemahan dari Al-Hatstsu ‘ala Hifzh al-’Ilm wa Dzikr Kibar al-Huffazh karya Ibnul Jauzi

  • Kuru, Ahmet T. (2020). Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan. (edisi terjemah, Febri Ady Prasetyo). Jakarta: Gramedia.



Oleh: Hasya Dinan Hamidah

0 comments: