20 Jutaan Anak Perempuan di Dunia Tidak Sekolah
KPI STUDIO — Menyadari All Male Panel yang sudah semakin terus terjadi. Mengangkat isu perempuan yang berkaitan erat dengan pendidikan yang menjadi aset bagi manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang, dalam rangka mencari serta memiliki pengetahuan yang luas agar lebih berkembang lagi dalam menghadapi dunia. Namun saat ini banyaknya streotipe di sekitar yang menganggap tidak pentingnya pendidikan tinggi bagi perempuan menjadikan hak istimewa sebagai perempuan seolah dibatasi ruang geraknya oleh adanya stereotipe masyarakat sekitar. Hal itu pun tidak jarang membuat kepercayaan diri perempuan semakin berkurang terutama untuk melanjutkan pendidikannya.
Namun Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK), jurusan Manajemen Pendidikan, semester lima, Zaahidah Fadhilah mengatakan, “Sangat disayangkan saat ini masihditemukan kasus mengenai perempuan yang hanya sekolah menengah saja, atau bahkan putus sekolah akibat beberapa faktor seperti latar belakang orang tua yang menganjurkan untuk menikah, atau langsung bekerja,” ujarnya. Karena ditemukannya banyak kasus kaum perempuan tidak sekolah dan tidak melanjutkan pendidikannya, salah satunya di negara kita di Indonesia ini menjadikan banyak sekali anak perempuan Indonesia yang ruang geraknya sangat terbatas untuk menjalani pendidikan di negaranya sendiri. Contohnya banyak sekali orang di sekitar yang menganggap perempuan tidak perlu melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi karena masih adanya masyarakat yang bersikeras dengan keputusan akan perempuan yang melanjutkan pendidikannya. Membuat semakin tingginya perempuan yang tidak bisa menimba ilmu.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan masih banyaknya perempuan yang tidak bisa sekolah selain karena adanya stereotipe masyarakat terhadap perempuan, contoh yang terjadi:
1. Ekonomi
Berdasarkan faktor ekonomi, banyaknya orang tua yang tidak mampu membiayai pendidikan anak perempuannya, menjadikan tidak sedikit perempuan yang hinga saat ini hanya lulusan SD maupun SMP. Dan mau tidak mau nasib mereka untuk bekerja di zaman sekarang menjadi sangat sulit karena tingginya kualifikasi lapangan pekerjaan di negara kita ini maupun berbagai negara, meski mereka bisa bekerja di salah satu tempat pun jabatan mereka tidak bisa setinggi mereka yang berlulusan sarjana dan magister.
2. Pengetahuan Awam Orang Tua akan Pendidikan
Berdasarkan dari faktor ini, tidak sedikit orang tua yang masih awam dengan pendidikan. Sebagian besar orang tua maih menganggap pendidikan tidak terlalu penting terutama untuk perempuan dan masih menganggap perempuan sebaiknya di rumah saja mengurus rumah tangga dan pekerjaan wanita lainnya yang masih dilakukan seperti pada kebiasaan orang zaman dahulu. Padahal nyatanya dalam pandangan agama islam madrasah utama seorang anak itu adalah ibunya. Namun yang terjadi justru perempuan saja peluang untuk bersekolah saja masih terhambat bahkan dari orang tuanya sendiri.
3. Kelompok Taliban
Berdasarkan faktor ini, Kelompok Taliban telah mengusai pemerintahan Pakistan dan juga Afghanistan, membatasi perempuan untuk bersekolah bahkan banyak juga yang disuruh berhenti secara paksa seperti di Pakistan saat itu. Padahal seharusnya gender tidak menjadikan para perempuan jadi berhenti untuk melanjutkan pendidikannya. Dan seharusnya bagi para perempuan pun mereka dapat memiliki hak istimewa yang sama dengan laki-laki. Terutama untuk soal pendidikan, perempuan pun juga sangat perlu berkembang dan bukan hanya laki-laki saja.
4. Stereotipe terhadap Perempuan
Stereotipe di sini seringkali terjadi terhadap perempuan di dunia. Meski mungkin stereotipe juga terjadi terhadap laki-laki namun dalam konteks ini yang kita bahas di sini adalah konteksnya untuk perempuan, karena stereotipe perempuan lebih merajalela dibanding laki- laki. Dan inilah diagram perbandingan totalnya berdasarkan Gender dan Region. Sebenarnya di sini kita bisa melihat bahwa masih rendahnya pendidikan perempuan di negara Asia, karena masyarakat negara-negara Asia penduduknya pemikirannya masih menjunjung stereotipe terhadap gender. Itulah sebabnya juga status antara perempuan dan laki-laki masih tidak equal di negara-negara Asia.
Bahkan seperti pada kasusnya sudah sangat banyak, seperti di Asia Selatan, negara Pakistan yang pada saat itu Malala Youfzhai dan perempuan lainnya dipaksa untuk berhenti sekolah oleh kelompok Taliban yang menjajah desanya. Sejak saat itu Malala pun berusaha menentang semua itu bersama perempuan lainnya, hingga identitas Malala pun terbongkar dan Malala sempat ditembak kepalanya di bis oleh kelompok Taliban namun saat itu untungnya Malala masih hidup dan hanya cedera di kepala saja. Setelah segala perjuangan yang Malala lakukan untuk menyuarakan hak perempuan untuk tetap bersekolah. Akhirnya Malala pun mendapat nobel perdamaian tahun 2014 lalu sebagai orang Pakistan pertama dan yang termuda sepanjang sejarah penganugerahan nobel. Atas perjuangannya yang lantang menyuarakan hak anak dan perempuan bersama aktivis India Kailash Satyarthi.





.png)


Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances